STATUS update yang saya tulis di Twitter sedikit janggal pada awalnya.
Agenda hari ini adalah underwater wedding, tradisi khas di Trang yang telah berjalan 20 tahun.
Pada akhirnya saya menemukan kesalahan kecil yang bisa menjurus gosip tsb. Dengan berat hati saya pun menambahkan pernyataan selanjutnya demi kejelasan informasi.
No, kami cuma tamu, bukan jadi mempelai.
Lengkap sudah!
Saya dan teman-teman perwakilan undangan TAT (Tourism Authority of Thailand) dari Jakarta sedang berada di Trang, salah satu provinsi di selatan Thailand. Tak ada penerbangan langsung dari Jakarta, jadi kami mesti menempuh jalur transit via Singapura dan Hat Yai.
Trang yang juga nama ibukota provinsi ini terletak di pesisir barat Thailand menghadap laut Andaman. Underwater wedding adalah salah satu atraksi wisata Trang yang sudah jadi ritual tahunan sejak 1996. Tahun ini genap 20 tahun tradisi tsb berlangsung.
Malam pertama di Trang kami menghadiri acara Welcome Dinner di Thumrin Thana Hotel, sekaligus melihat langsung keduapuluh pasangan mempelai underwater wedding yang beruntung. Kenapa beruntung? Karena khusus tahun ini mereka sama sekali tak dipungut bayaran alias GRATIS.
Saya dan teman-teman langsung bergurau andai saja masih ada waktu untuk ikut mendaftar underwater wedding tahun ini. “Tapi yang penting ada pasangan yang bisa diajak nikah, sih!” sindir seorang teman, mungkin ditujukan bagi dirinya sendiri juga.
Yang menarik dari jamuan makan malam ini adalah tradisi ‘kin-neow’, yakni menyantap nasi ketan bersama kuah kari. Bukan hanya calon mempelai, para tamu juga mendapat hidangan yang sama. Perbedaannya hanya pada cara makan. Calon mempelai akan saling menyuapi, sementara tamu hanya menyuapi diri sendiri (mungkin sambil berlinang air mata).
Keesokan hari adalah acara puncak dimana keduapuluh pasangan akan melegalkan perkawinan mereka melalui prosesi bawah laut. Untuk kali pertama saya melihat penampakan laut Andaman dari dermaga Pak Meng, dan yang terbersit hanya ungkapan kekaguman.
Laut biru tampak menggoda untuk direnangi. Garis horisontal dihiasi pucuk-pucuk pulau yang berserakan. Dermaga dan perahu-perahu, bahkan seragam yang dikenakan panitia semua bernuansa pink dan fuschia. Teman saya bilang warna pink di Thailand tidak melambangkan feminisme, namun mewakili unsur kebahagiaan.
Kami dibawa berlayar menuju perairan Koh Waen, dimana para calon mempelai akan mengikrarkan janji mereka di bawah laut. Yang menarik dari perairan sedalam 18 meter ini adalah keberadaan rangkaian kereta api beserta lokomotifnya yang sudah menjadi semacam terumbu karang di dasar sana. Pihak otoritas Trang menjual atraksi ini sebagai Andaman underwater train station.
Sayangnya saya belum mempunyai lisensi diving, sehingga hanya bisa menyaksikan persiapan prosesi dari atas air. Kapal dihias semarak dengan balon dan pita berwarna putih, pink, dan biru muda. Para pasangan mempelai ternyata diturunkan bergantian, dan bukan serempak dua puluh pasang sekaligus.
Keistimewaan underwater wedding ini adalah calon pasangan tidak melulu harus pengantin baru. Pasangan yang sudah lama menikah dan ingin mengikrarkan kembali janji suci mereka pun diperbolehkan. Bahkan mereka yang berasal dari kalangan disabilitas pun disahkan turut serta. Khusus tahun ini peserta acara diistimewakan dari warga Thai, namun selain itu peserta dari negara lain pun diizinkan ambil bagian.
Prosesi pernikahan ala Thai di bawah air tersebut urutannya kira-kira seperti ini:
- Kedua mempelai menumpukan kedua tangan mereka di atas bantal (khusus underwater wedding ini bantalnya berbentuk dua ikan berciuman yang menjadi maskot acara)
- Pendeta akan menuangkan air suci dari pipet ke atas telapak tangan kedua mempelai
- Kedua mempelai secara simbolis menandatangani akte pernikahan yang disahkan pendeta
- Pendeta akan memberi kode yang berarti: you may kiss the bride
Sah? Sahhh!
Rangkaian acara underwater wedding belum selesai. Para mempelai kemudian dibawa ke Anantara Si Kao Resort & Spa untuk beristirahat dan bersiap untuk resepsi malam harinya. Sebagai tamu tentu kami tak melewatkan kesempatan emas ini.
Anantara Si Kao terletak tepat di tepi pantai dan mempunyai sunset view yang luar biasa. Jamuan makan yang diadakan di udara terbuka di tepi pantai berlatar belakang sunset laut Andaman memang sungguh romantis. Beruntunglah keduapuluh pasangan itu mendapatkan rangkaian acara spektakuler dan berkat dari para tamu.
Trang memang cerdik mengemas seremonial ini menjadi paket wisata romantis. Wisatawan tak hanya bisa hadir di prosesi underwater wedding sebagai tamu, tapi juga turut menyaksikan keindahan laut Andaman dan kekayaan budaya Trang itu sendiri.
Kami sempat berbincang sejenak dengan Gubernur Trang, dan beliau menyampaikan jika jumlah wisatawan yang berkunjung ke Trang bisa mencapai 1 juta orang per tahun. Selain wisata alam, Trang sendiri tengah gencar membidik kaum Muslim dengan wisata halal di provinsi ini.
Jujur saya mendapat banyak wawasan dari prosesi underwater wedding ini. Salah satunya, mengandalkan keindahan alam saja tak cukup, tapi juga perlunya mengemas atraksi yang bisa membuat wisatawan merasakan sensasi perjalanan secara utuh, mulai dari petualangan, romansa, kuliner, hingga budaya.
Tanggapan dari status update saya di Twitter ternyata cukup menyenangkan.
Semoga next time kak Gio jadi mempelainya.
Can I have some aamin?
***
Tulisan ini dari Taufan Gio, disgiovery.com. A beach person who enjoys nature, culture, and human interest. Naturally a shy person and used to deal with arrays of programming code, traveling has now been embracing his inexpert most: smile and talk to strangers, and of course a big chance to make new friends. Sharing the experience on traveling is also a worth thing to do.
Ps : Kalian juga bisa berkontribusi tulisan pengalaman traveling kalian ke LiburMulu.Com. Caranya bisa dibaca disini ya.